Minggu, 25 Desember 2016

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES KONTROL INTERNAL



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pemrosesan Transaksi
Salah satu tujuan sistem informasi adalah mendukung operasi harian perusahaan. Tujuan ini dicapai melalui pemrosesan transaksi-transaksi yang disebabkan baik oleh sumber-sumber ekstern maupun intern, dan menyiapkan keluaran-keluaran seperti dokumen-dokumen operasional dan laporan-laporan keuangan.
Sistem Pemrosesan Transaksi (SPT) adalah bentuk sistem infromasi yang berfungsi merekam semua aktivitas/kejadian didalam perusahaan sistem pemrosesan transaksi merupakan suatu informasi yang terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data-data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji, penjualan, pemesanan hotel, pencatatan karyawan dan pengiriman. Sistem pemrosesan transaksi Meliputi mencatat data, memproses data dan menghasilkan informasi baku atau standart. Sistem pemrosesan transaksi hampir selalu dimiliki oleh suatu perusahaan, organisasi, intansi pemerintah karena didalam suatu perusahaan atau organisasi, transaksi selalu terjadi dan setiap transaksi yang terjadi harus dicatat.
Sebelum transaksi diproses, kita terlebih dahulu harus mengidentifikasikan data-data transaksi yang dibutuhkan dalam suatu laporan keuangan. Kita tidak perlu mengumpulkan transaksi yang tidak dibutuhkan oleh suatu laporan keuangan. Jadi kesimpulannya kita memulai pemrosesan suatu transaksi akuntansi harus diawali mulai dari atas bukan dari bawah (laporan keuangan). Dimulai dari desain laporan keuangan, kemudian pembuatan bagan rekening, setelah itu diidentifikasikan berdasarkan siklus transaksi, dan yang terakhir baru dibuat ayat jurnalnya.
·         Bagan Rekening
Daftar yang menguraikan semua rekening yang digunakan dalam pembuatan laporan keuangan. Kegiatan pembuatan bagan arus tersebut tidak terlepas dari kegiatan pengkodean.


·         Pengkodean
Untuk membantu dalam pengumpulan maupun pemrosesan transaksi biasanya diberi suatu kode. Dimana kode adalah suatu kerangka yang menggunakan huruf atau angka (atau kombinasi keduanya) untuk memberikan tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah dibuat (bagan rekening).
Tujuan Pengkodean
a. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik
b. Meringkas data
c. Mengklasifikasikan rekening/transaksi
d. Menyampaikan makna tertentu
Metode Pengkodean:
ð  Kode angka atau huruf berurutan.
Dalam metode ini tiap rekening diberi kode angka atau huruf secara berurutan.
ð  Kode angka blok
Dalam pemberian kode ini rekening dikelompokkan menjadi beberapa golongan dan tiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan untuk memberi kodenya.
ð  Kode angka kelompok
Kode kelompok diberikan dengan memberikan nomor kode untuk setiap kelompok, golongan, subgolongan dan jenis rekening.

Klasifikasi :
xxx xxx xxx xxx

















 
kelompok rekening
Golongan rekening
Subgolongan rekening
Jenis Rekening

ð  Kode Mnemonic
Pemberian kode dengan menggunakan Huruf yang disingkat mendekati bentuk aslinya, misalnya, Aktiva lancar = AL, Jurnal Penjualan = JP, dsb.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian Kode :
1.      Setiap kode harus mewakili secara unik unsur yang diberi kode.
2.      Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.
2.2. Komponen-Komponen Pemrosesan Transaksi
Pemrosesan transaksi terjadi dalam suatu proses. Proses ini dikenal sebagai siklus akunting. Siklus akunting membutuhkan beragam komponen pembangun. Komponen-komponen ini meliputi input, proses penyimpanan, output.
1.      Input
Input dalam suatu proses transaksi adalah dokumen sumber yang dapat berupa formulir atau bukti transaksi lainnya. Contoh: pesanan konsumen, slip penjualan, faktur, kartu absen karyawan. Dokumen sumber menyediakan catatan-catatan tertulis dokumen sumber berfungsi:
a.       Memicu mengotorisasi operasi fisik
Sebagai contoh surat pesanan penjualan mengotorisasi pengiriman barang dan gangguan kepada pelanggan.
b.      Memantau arus fisik
Misalnya surat pesanan penjualan digunakan untuk memperlihatkan pergerakan barang pesanan dari gudang ketempat pengiriman.
c.       Mencerminkan akuntabilitas atas tindakan yang diambil
Misalnya tagihan dari pemasok diparaf untuk memperlihatkan bahwa tagihan ini sudah diperiksa kebenarannya.
d.      Menjaga kemutakhiran dan kelengkapan basis data.
Sebagai contoh faktur penjualan digunakan untuk memutakhirkan saldo dalam catatan sediaan. Catatan pelanggan dan kemudian diarsipkan untuk kepentingan riwayat penjualan.
e.       Menyediakan data yang dibutuhkan untuk keluaran.
Misalnya data yang dibutuhkan untuk keluaran misalnya data dalam surat pesanan penjualan digunakan untuk menyiapkan faktur penjualan dan ikhtiar penjualan.
2.      Proses
Dalam system manual terdiri dari kegiatan pemasukan data transaksi kedalam jurnal. Dalam sistem komputer, prosesnya dilakukan dengan memasukan data kedalam file transaksi jurnal digunakan untuk mencatat transaksi akuntansi keuangan. Register digunakan untuk mencatat jenis lain data yang tidak terkait secara langsung dengan akuntansi.
3.      Penyimpanan
Media penyimpanan dari transaksi secara manual adalah buku besar. Buku besar ini menyediakan ikhtisar transaksi-transaksi keuangan perusahaan. Proses pemasukkan data dari jurnal kedalam buku besar disebut “POSTING”. Untuk sistem komputer, posting ini dilakukan dengan mengudate file master menggunakan file transaksi. Contoh: file transaksi, file master, dan file referensi atau tabel.
·         Master File merupakan kumpulan cacatan (record) yang bersifat tetap dan berisi data yang selalu disesuaikan denan keadaan. Dalam operasi manual master file setara dengan buku besar dan buku besar pembantu.
·         File Transaksi merupakan kumpulan catatan transaksi yang terjadi yang digunakan untuk mengupdate master file. Dalam operasi manual file transaksi ini sama dengan jurnal.
·         File Indeks merupakan master file yang berisi data yang digunakan dalam proses penyesuaian suatu master file. File Pelanggan (berisi No. Pelanggan, alamat, maksimum kredit, digunakan sebagai petunjuk untuk menyesuaikan file piutang)
·         File Table merupakan suatu master file yang berisi data yang digunakan sebagai referensi dalam memproses suatu file. Biasanya berisi data yang bersifat tetap yang digunakan dalam perhitungan-perhitungan, seperti file gaji karyawan yang digunakan untuk menyusun daftar gaji, file tarif pajak penghasilan yang digunakan untuk menghitung potongan pajak penghasilan karyawan.

4.      Output
Jenis keluaran yang dihasilkan dari proses transaksi, antara lain: laporan keuangan, laporan operasional, dokumen pengiriman, faktur, dan neraca saldo.









 
















Gb. Sistem Pemrosesan Transaksi Secara Manual

2.3. Arus Pemrosesan Transaksi
Tiap-tiap sistem pemrosesan transaksi menggabungkan komponen-komponen yang telah disinggung sebelumnya ketika transaksi menjalani keseluruhan siklus akunting. Pada bagian ini kita menelusuri arus penjualan, penerimaan tunai, pembelian, pengeluaran tunai, dan transaksi pembayaran gaji.
Pada usaha perdagangan yang biasa melakukan transaksi bisnis secara kredit, umumnya memiliki deskripsi tugas dan fungsi masing-masing sebagai berikut:
1.      Pelanggan memesan barang dengan dengan mengirim surat pemesanan kepada perusahaan. Bagian kredit, kemudian meneliti kemampuan kredit pelanggan. Apabila disetujui, bagian penjualan akan memerintahkan bagian gudang mengirimkan barang kebagian pengiriman. Bagian pengiriman lalu mengecek kesesuaian antara barang dan isi surat pesanan. Jika sesuai, bagian pengiriman akan membungkus barang, menyiapkan dokumen dan menghubungi perusahaan pengangkutan. Setelah diterima pelanggan, akan muncul piutang atas pelanggan.
2.      Berdasarkan pemesanan. Bagian pemasaran akan menganalisis pesanan berdasarkan jenis, wilayah, dan segmentasi lainnya. Dari hasil analisis dapat dijadikan parameter yang relevan untuk tingkat penjualan pemasaran, dapat memprediksi kebutuhan persediaan yang akan datang.
3.      Berdasarkan perkiraan kebutuhan persediaan. Jika barang telah mendekati titik pemesanan, kembali petugas mencatat mengajukan permintaan pembelia. Pada bagian pembelian, akan dibuatkan surat pemesanan kepada pemasok. Pada saat barang diterima dari pemasok, dibandingkan dengan surat pesanan dan dimasukan kegudang, dan muncul utang perusahaan terhadap pemasok.
4.      Dalam perkiraan penjualan juga diperhitungkan kebutuhan tenaga kerja, yang kemudian berimplikasi pada manajemen sumber daya, apakah membutuhkan perekrutan sumber daya baru atau tidak,. Perekrutan atau mutasi harus dicacat didalam sistem administrasi karyawan, dan prestasi karyawan dicatat dalam kartu kerja (job time ticket) dan kartu absensi (time clock card) kepada mereka diberi imbalan gaji dan upah yang sesuai.
5.      Gaji dan upah menimbulkan dampak pada pengeluaran kas. Daftar gaji yang sudah diperhitungkan pajak dan potongan lainnya diberikan kekasir untuk dibagikan, dan utang dagang juga berimplikasi pada pengeluaran kas. Kemudian, dokumen tersebut diberikan kekasir untuk dibayarkan, dan pada saat jatuh tempo pelanggan juga akan melunasi hutangnya. Penerimaan dan pengeluaran kas akan diperhitungkan dalam akuntansi dan aliran kas.








 












Gb. Proses Transaksi Pada Usaha Perdagangan
Mengingat transaksi dalam suatu perusahaan terjadi secara rutin. Misalnya ribuan transaksi dari suatu jenis tertentu (penjualan ke pelanggan) bisa terjadi setiap hari. Untuk menghadapi volume yang besar tersebut secara efisiensi perusahaan mengelompokan jenis-jenis transaksi yang sama kedalam siklus-siklus transaksi. Siklus transaksi terdapat tiga siklus aktivitas bisnis, antara lain
1)      Siklus Pendapatan
Kejadian yang terkait dengan distribusi barang dan jasa ke entitas lain dan pengumpulan kas yang terkait dengan distribusi tersebut. Aktivitas siklus pendapatan menggambarkan proses penjualan barang jadi selesai diproduksi. Aktivitas ini melibatkan berbagai sub sistem, yaitu sistem penerimaan kas, sistem piutang dagang, dan sistem penjualan kredit. Aktivitas pendapatan ini berawal dari penawaran yang datang dari pemesan dan setelah melalui proses pengiriman barang pada periode berikutnya, akan muncul pembayaran dari pelanggan. Aktivitas ini dapat mempengaruhi pencatatan transaksi pada piutang, persediaan dan penerimaan kas dan setoran kas ke bank.
2)      Siklus Pengeluaran
Kejadian yang terkait dengan perolehan barang dan jasa ke entitas lain dan pelunasan kewajiban terkait dengan perolehan barang dan jasa. Siklus pengeluaran merupakan segala sumber daya yang berkaitan dengan tenaga kerja, bahan baku, dan properti yang diwujudkn dalam bentuk pertukaran dengan peredaran kas yang digunakan sebagai menjalankan aktivitas transaksi perusahaan. Misalnya pembayaran upah tenaga kerja, baik lanngsung maupun tidak langsung, biaya pembelian bahan baku dan bahan pembantu, berikutnya adalah kegiatan penggunaan alat untuk memproduksi (mesin, kendaraan, gedung pabrik/kantor), semua aktivitas yang berkait dengan penerimaan dari pembelian bahan baku, peralatan akan mengakibatkan perubahan terhadap akun utang dagang, persediaan, dan pengeluaran kas. Aktivitas penggunaan tenaga kerja akan mempengaruhi akun pembayaran gaji karyawan dan pengeluaran kas.
3)      Siklus Konversi
Siklus konversi merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi, kegiatan ini biasanya dilakukan pada perusahaan manufaktur. Sedangkan kegiatan yang dilakukan pada perusahaan dagang dan jasa, kegiatan konversi ini tidak terlihat secara nyata, biasanya siklus konversi akan terlihat pada kegiatan pengembangan produk atau jasa yang akan dijual. Kegiatan konversi pada perusahaan manufaktur akan melibatkan berbagai subsistem dalam sistem informasi akuntansi, misalnya sistem produksi dan sistem akuntansi biaya. Sistem produksi akan melakukan kegiatan perencanaan dan menetapkan semua aktivitas penggerakan bahan baku menjadi barang jadi dipabrik, sedangkan sistem akuntansi biaya melakukan kegiatan penganalisisan dan menginformasikan segala sesuatu pemakaian biaya didalam memproduksi barang.
2.4. Pengertian Kontrol Internal
Commitee on Auditing Procedure American Institute of Carified Public Accountan (AICPA) mengemukakan bahwa pengendalian internal mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang telah digunakan dalam perusahaan untuk mengamankan aktivanya, mengecek kecermatan dan keandalan data akuntansi, memajukan efesiansi operasi, dan mendorong ketaatan pada kebijakan yang telah ditetapkan. Kemudian Hartanto (1997) menjelaskan, pengendalian internal dengan membedakan kedalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit pengendalian internal disamakan dengan internal check yang merupakan mekanisme pemeriksaan ketelitian dan administrasi. Sedangkan dalam arti luas, pengendalian internal disamakan dengan management control, yaitu suatu sistem yang meliputi semua cara yang digunakan oleh pemimpin perusahaan untuk mengawasi dan mengendalikan perusahaan.
Sesuai dengan definisi yang dikemukakan AICPA, maka dapat dirumuskan tujuan dari pengendalian internal, yaitu:
1.      Menjaga keamanan harta miliki perusahaan;
2.      Memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi.
3.      Meningatkan efisiensi operasional perusahaan; dan
4.      Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.
Pengendalian diperlukan untuk mengurangi eksposur-eksposur. Suatu organisasi dipengaruhi oleh eksposur yang dapat memberi akibat buruk bagi operasinya, bahkan sekalipun organisasi itu berjalan dengan baik. Banyak aspek dari pemrosesan komputer cenderung secara signifikan meningkatkan eksposur terjadinya kejadian yang tidak menyenangkan. Analisis eksposur dalam organisasi sering dikaitkan dengan konsep siklus transaksi harus mengembangkan tujuan pengendalian yang rinci untuk setiap siklus transaksi.
Eksposur adalah objek yang rentan terhadap resiko dan berdampak pada kinerja perusahaan apabila resiko yang diprediksikan benar-benar terjadi. Eksposur yang paling umum berkaitan dengan ukuran keuangan, misalnya harga saham, laba, pertumbuhan penjualan dan sebagainya.
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls) dan Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls).
Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi  dan tanggung jawab antar unit organisasi.
Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen.(dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi) Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.
2.5. Unsur Sistem Kontrol Internal
Agar suatu sistem pengendalian internal dapat berjalan secara efektif seperti yang diharapkan, harus memiliki unsur pokok yang dapat mendukung prosesnya. Adapun unsur pokok sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut:
1.      Struktur Organisasi; merupakan suatu kerangka pemisahan tanggung jawab secara tegas berdasarkan fungsi dan tindakan unit yang dibentuk. Prinsip dalm menyusun struktur organisasi, yaitu pemisahan antara setiap fungsi yang ada dan suatu fungsi jangan diberi tanggung jawab penuh melaksanakan semua tahapan kegiatan. Hal ini bertujuan supaya tercipta mekanisme saling mengendalikan antarfungsi secara maksimal.
2.      Sistem wewenang dan prosedur pencatatan dalam organisasi. Struktur organisasi harus dilengkapi dengan uraian tugas yang mengatur hak dan wewenang masing-masing tingkatkan beserta seluruh jajarannya. Uraian tugas harus didukung petunjuk prosedur berbentuk peraturan pelaksanaan tugas disertai penjelasan mengenai pihak-pihak yang berwenang mengesahkan kegiatan, kemudian berhubungan dengan pencatatan harus disertai pula prosedur yang baku. Prosedur pencatatan yang baik menjamin ketelitian dan keandalan data dalam perusahaan. Transaksi terjadi apabila telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dan setiap dokumen memiliki bukti yang sah, ada paraf dan tanda tangan pejabat yang memberi otorisasi.
3.      Pelaksanaan kerja secara sehat. Tata cara kerja secara sehat merupakan pelaksanaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendukung tercapainya tujuan pengendalian internal yang ditunjukkan dalam beberapa cara. Unsur kehati-hatian penting dijaga agar tidak seorang pun menangani transaksi diawal sampai akhir sendirian, haru rolling antar pegawai, melaksanakan berbagai tugas yang telah diberikan, memeriksa kekurangan dalam pelaksanaan, serta menghindari kecurangan.
4.      Pegawai berkualitas. Salah satu unsur pokok penggerak organisasi ialah karyawan, karyawab harus berkualitas agar organisasi memiliki citra berkualitas. Secara umum, kualitas karyawan ditentukan oleh tiga aspek, yaitu pendidikan, pengalaman, dan akhlak. Tidak hanya berkualitas, tetapi kesesuaian tanggung jawab dan pembagian tuga perlu diperhatikan. Pegawai yang berkualitas dapat ditentukan. Pegawai yang berkualitas dapat ditentukan berdasarkan proses rekruitmen yang dilakukan kepada mereka, apakah berbasis profesional atau berdasarkan carity (kedekatan teman).
2.6. Komponen-Komponen Kontrol Internal
Komponen pengendalian internal sangat dipengaruhi oleh kejadian atau hubungan antar masing-masing komponen dalam sistem pengendalian internal. Terdapat lima komponen pengendalian internal, yaitu sebagai berikut:
1.      Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian ini merupakan persepsi perorangan dalam perusahaan tentang pentingnya pengendalian internal. Pimpinan perusahaan harus menunjukan komitmennya terhadap pelaksanaan kontrol yang ketat dan kebijakannya secara sadar dan langsung diikuti oleh para bawahan. Suasana seperti ini merupakan lingkungan pengendalian yang efektif diterapkan dalam perusahaan. Dalam praktiknya lingkungan pengendalian itu meliputi hal berikut ini:
a.       Komitmen atas integritas dan nilai etika.
Perusahaan dapat menetapkan kesetiaan yang dijadikan sebagai prinsip dasar operasional dan mengambangkan kebijakan tertulis dengan jelas, dalam praktiknya dapat mendeskripsikan perilaku jujur dan tidak jujur. Seluruh tindakan tidak jujur harus diinvetigasi secara menyeluruh dan mereka yang dianggap bersalah, harus dibebastugaskan agar nilai etika tetap terjaga dalam membantu proses pengendalian.
b.      Filosofi dan gaya beroperasi
Filosofi merupakan pemikiran dan keyakinan dasar yang menjadi tolak ukur bagi perusahaan. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu kesatuan harus dilaksanakan, sehingga gaya beroperasi bervariasi, ada yang bersifat demokrasi, ada juga bersifat komando.
c.       Struktur organisasi
Struktur yang tegas dan jelas menunjukan batas wewenang seseorang melalui garis komando dan mentapkan garis otoritas serta tanggung jawab, termasuk sentralisasi atau desentralisasi otoritas, penetapan tanggung jawab untuk tugas tertentu, pembagian wewenang terhadap tanggung jawab seseorang mempengaruhi informasi manajemen.
d.      Badan audit an dewan komisasris
Komite audit bertanggung jawab mengawasi struktur pengendalian internal perusahaan, proses pelaporan keuangannya, dan kepatuhan terhadap peraturan serta standar yang terkait. Komite berhubungan secara dekat dengan auditor eksternal dan internal perusahaan. Peninjauan ini berfungsi untuk memeriksa integritas manajemen guna meningkatkan kepercayaan publik yang berinvestasi atas kesesuaian pelaporan keuangan.
e.       Metode manajemen
Metode ini merupakan pola manajemen mengendalikan operasional perusahaan sesuai sumber daya yang ada yang diarahkan guna mencapai tujuan bisnis tertentu serta membuat sumber daya bertanggung jawab untuk kepentingan pengembangan usaha.
f.       Pengaruh eksternal
Pengaruh dari pihak luar juga memberikan peranan yang signifikan terhadap operasional perusahaan seperti persyaratan bursa efek, persyaratan pertauran lebaga lain, bank, saran umum, dan perusahaan asuransi. Pengaruh ini harus dikelola maksimal untuk memberdayakan perusahaan.
2.      Aktivitas Pengendalian.
Aktivitas pengendalian merupakan sekumpulan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan dan digariskan untuk tujuan keberhasilan pengendalian dalam perusahaan. Aktivitas pengendalian pada dasarnya berbentuk pengendalian yang menggunakan pendekatan berbasis teknologi informasi dan pengendalian yang menggunakan pendekatan manual.
Pengendalian berdasarkan teknologi informasi secara khusus berkaitan dengan lingkungan teknologi dari pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum meliputi kegiatan yang berhubungan dengan audit teknologi informasi, yang ditujukan melindungi lingkungannya agar dikelola secara baik, sehingga proses pengendalian mendapatkan dukungan lebih efektif. Berkaitan dengan pengendalian aplikasi lebih ditujukan untuk mencegah, mendeteksi dan memperbaiki kesalahan pada pengolahan data sitem komputer.
3.      Penilaian Resiko
Pendekatan strategi manajemen resiko merupakan instrumen penting dalam mengontrol bisnis perusahaan. Sistem pengendalian harus dievaluasi secara berkala efekivitasnya. Organisasi harus melakukan penialaian risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengatur risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan. Dampak dari perencanaan strategi dan operasional serta keuangan dan informasi akan menimbulkan risiko bisnis, beberapa kebijakan bisa berakibat yang lebih besar serta kemungkinan muncul lebih besar. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terkait dengan biaya dan manfaat pengendalian harus direncanakan dan diperhitungkan secara cermat sehingga kegagalan dan risiko dapat diminimalisir dampaknya.
4.      Kualitas Informasi dan Komunikasi
Kualitas informasi yang dihasilkan memberi dukungan penuh keberhasilan pimpinan membuat keputusan bisnis, informasi laporan yang dihasilkan SIA membantu pimpinan membuat keputusan terkait dengan operasi perusahaan serta bagaimana informasi keuangan yang dibuat dapat dikomunikasikan secara cepat dan akurat. Informasi keuangan yang dihasilkan harus akurat, didukung data dan fakta sehingga memiliki nilai penting untuk dijadikan sebagai pengambilan keputusan. Informasi mengacu pada sistem akuntansi organisasi, yang terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, merangkai, menganalisis, mengelompokkan, mencatat, dan melaporkan transaksi organisasi dan untuk memelihara akuntabilitas aktiva dan utang yang terkait. Komunikasi terkait dengan memberikan pemahaman yang jelas mengenai semua kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengendalian. Komunikasi yang baik membutuhkan komunikasi oral yang efektif, manual prosedur yang memadai, manual kebijakan, serta berbagai jenis dokumentasi yang lain. Komunikasi yang efektif juga membutuhkan aliran arus informasi dalam organisasi yang memadai. Informasi semacam ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja, membuat laporan perkecualian, dan lain sebagainya.
5.      Pengawasan
Pengawasan yang efektif dilakukan untuk meningkatkan kinerja bukan untuk menghilangkan kinerja dan prestasi perusahaan. Penilaian aktivitas dan sistem seperti,  Sistem informasi organisasi Struktur pengendalian internal organisasi,  Sejauh mana ketaatan terhadap kebijakan operasi, prosedur, dan rencana, Kualitas kinerja personel organisasi. Pengawasan yang dilakukan antara lain:
a.       Supervisi yang efektif. Supervisi bertindak sebagai model pengembangan maksimum pegawai menjadi sesorang yang profesional dan efisien menurut kemampuannya. Kegiatan supervisi bukan mengukur kinerja atau mencari kesalahan, namun hal ini sebagai upaya membantu pihak lain mengatasi kesulitan dan meningkatkan motivasi kerja secara mandiri dan berkelanjutan.
b.      Akuntansi pertanggungjawaban. Pengawasan terhadap sistem akuntansi pertanggungjawaban menunjukan informasi yang terikat dengan anggaran, kuota, jadwal, biaya standar, dan standar kualitas, kemudian apabila ada ditemukan hal-hal berbeda antara perencanaan kinerja dengan hasil yang diperoleh, maka harus segera dilakukan tindakan.
c.       Audit Internal. Pengawasan kegiatan melakukan peninjauan ulang terhadap keefektifan pengendalian internal merupakan peranan yang selalu dilakukan seorang auditor internal. Motivasi pegawai dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai pertauran yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi manajemen tidak luput dalam tindakan evaluasi dilakukan auditor internal.
2.7. Pengendalian Pemrosesan Transaksi
Merupakan satu prosedur yang dirancang untuk memastikan bahwa elemen proses pengendalian internal diimplementasikan dalam suatu sistem aplikasi tertentu disetiap siklus transaksi organisasi. Pengendalian pemrosesan transaksi mencakup pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum memengaruhi semua pemrosesan transaksi. Pengendalian aplikasi merupakan pengendalian yang spesifik untuk setiap aplikasi tertentu.
1.      Pengendalian Umum
Pengendalian umum mencakup hal-hal berikut ini:
·         Perencanaan organisasi pemrosesan data
·         Prosedur operasi secara umum
·         Karakteristik pengendalian peralatan
·         Pengendalian akses data dan peralatan
2.      Pengendalian Aplikasi
Dikelompokkan menjadi pengendalian input, pengendalian proses, serta pengendalian output. Pengelompokan ini terkait dengan langkah-langkah dalam siklus pemrosesan data.
·         Pengendalian input dirancang untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan pada tahap penginputan data.
·         Pengendalian proses dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa pemrosesan telah terjadi sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dan bahwa tidak ada transaksi yang terlewat yang tidak diproses atau bahwa tidak ada transaksi tambahan yang mestinya tidak ikut diproses.
·         Pengendalian output dirancang untuk memastikan bahwa input dan proses yang telah dijalankan menghasilkan output yang valid dan bahwa output telah didistribusikan secara tepat.
3.      Pengendalian Preventif, Detektif, dan Korektif
Pengendalian dikelompokkan berdasarkan sifat :
·         Pengendalian preventif berperan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan kecurangan.
·         Pengendalian detektif berperan untuk mengungkapkan kesalahan dan kecurangan yang telah terjadi.
·         Pengendalian korektif berperan untuk membetulkan kesalahan yang telah terjadi


















BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
Sistem pemrosesan transaksi merupakan suatu informasi yang terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data-data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji, penjualan, pemesanan hotel, pencatatan karyawan dan pengiriman. Sistem pemrosesan transaksi Meliputi mencatat data, memproses data dan menghasilkan informasi baku atau standart. Sistem pemrosesan transaksi hampir selalu dimiliki oleh suatu perusahaan, organisasi, intansi pemerintah karena didalam suatu perusahaan atau organisasi, transaksi selalu terjadi dan setiap transaksi yang terjadi harus dicatat. Pemrosesan transaksi terjadi dalam suatu proses. Proses ini dikenal sebagai siklus akunting. Siklus akunting membutuhkan beragam komponen pembangun. Komponen-komponen ini meliputi input, proses penyimpanan, output.
Seberapa cepat dan akuratnya pemrosesan transaksi dalam suatu perusahaan pastilah tidak luput dari sebuah ancaman, baik internal maupun eksternal. Ancaman tersebut bisa berupa kelalaian dalam proses pengelolaan data, analisis maupun pelaporan datanya. Efek dari ancaman tersebut bisa dalam bentuk penipuan ataupun gangguan. Jika diteliti secara seksama gangguan yang datang dari luar dan gangguan yang datang dari dalam apabila menunjukan intensitas yang tinggi maka hal tersebut dapat membahayakan keberlangsungan suatu perusahaan, organisasi, intansi pemerintah. Untuk mengatasi ini diperlukan pengendalian atau kontrol internal yang baik dan terencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar