A.
Pengertian
Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset
Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan
harga suatu asset. Model ini
mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi
oleh risiko tersebut. Disini risiko bukan lagi diartikan sebagai deviasi
standar tingkat keuntungan, tetapi diukur dengan beta. Penggunaan parameter ini
konsisten dengan teori portofolio yang mengatakan bahwa apabila pemodal
melakukan diversifikasi dengan baik, maka pengukur risiko dari tambahan saham
kedalam portofolio. Apabila pemodal memegang portofolio pasar, maka sumbangan
risiko ini tidak lain adalah beta.
Jika kita perhatikan perumusan standar
CAPM maka sebenarnya pembentukan model tersebut menggunakan serangkaian asumsi
penyederhanaan. Pengujian suatu model bukanlah pada realistis tidaknya
asumsi-asumsi yang dipergunakan, tetapi pada seberapa tepat model tersebut
mencerminkan realitas. Meskipun demikian dijelaskan bagaimana kalau sebagian
asumsi-asumsi tersebut dilonggarkan, yaitu bagaimana kalau short selling tidak diperkenankan dan bagaimana kalau tidak bisa
dijumpai adanya Rr Hasilnya ternyata CAPM yang standar tidaklah banyak
mengalami perubahan.
B.
Pengertian
Arbitrage Pricing Theory
Arbitrage Pricing Theory adalah sebuah model asset pricing
yang didasarkan pada sebuah gagasan bahwa pengembalian sebuah aset dapat
diprediksi dengan menggunakan hubungan yang terdapat diantara aset yang sama
dan faktor-faktor resiko secara umum. Teori ini dibuat oleh Stephen Ross pada
tahun 1976. Teori ini memprediksi hubungan tingkat pengembalian sebuah portofolio
dan pengembalian dari aset tunggal melalui kombinasi linear dari banyak
variabel makro ekonomi yang mandiri.
APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang
menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karkteristik yang
identic sama tidaklah bias dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang
digunakan adalah hokum satu harga (the
law one price). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut terjual dengan harga yang berbeda,
maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva
yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih
tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko.
Tingkat
keuntungan dari setiap sekuritas yang diperdagangkan di pasar keuangan terdiri
dari dua komponen, yaitu :
·
Tingkat keuntungan yang normal atau yang
diharapkan.
·
Tingkat keuntungan yang tidak pasti atau
berisiko.
C. Konsep-Konsep Penting CAPM
1. Risiko
Sistematis (Systematic
Risks)
Risiko Sistematis (Systematic risks) adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak
dapat dihindari. Resiko sistematis atau dikenal dengan resiko pasar/resiko umum
merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara
keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas retur
suatu investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang
tidak dapat didiversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan
perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara
keseluruhan. Risiko ini juga disebut indivertible
risk. Faktor yang mempengaruhi :
a.
Perubahan
tingkat bunga
b.
Kurs
valuta asing
c.
Kebijakan
pemerintah
d.
Daya
beli masyarakat, dll
2. Risiko
tidak Sistematis (Unsystematic
Risk)
Risiko tidak Sistematis (Unsystematic risk) adalah bagian dari risiko yang tidak
umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Resiko yang tidak
sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan), adalah
risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Resiko
perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan penerbit
sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko perusahaan bisa
diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio.
Risiko ini juga disebut diversifiable
risk. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi :
a.
Struktur
modal
b.
Struktur
aset
c.
Tingkat
likuiditas
3. Risiko
Pasar
Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga
sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku
bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset
akan memiliki yield yang lebih
sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
4.
Default Risk
Risiko apabila penerbit aset gagal membayar
bunga atau bahkan pokok aset.
5.
Inflation Risk
Risiko menurunya nilai riil aset
karena inflasi.
6.
Currency Risk
Risiko
menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh
aset.
7.
Political Risk
Risiko
menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena
perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.
8.
Beta
Beta
menghubungkan kovarian dari sebuah aset dengan portofolio pasar dengan varian
dari portofolio pasar, dan didefinisikasi sebagai Laba yang diharapkan CAPM –
hubungan BETA. Garis pasar sekuritas (SML) adalah sebuah spesifikasi CAPM akan
bagaimana resiko dan tingkat laba yang dibutuhkan untuk aset, sekuritas atau
portofolio apapun adalah terkait. Teori ini mengajukan sebuah hubungan linier
antara resiko aset dan tingkat laba yang dibutuhkannya.
Capital Asset
Pricing Model (CAPM) menjelaskan bahwa beta merupakan
alat pengukur risiko yang relevan, dan terdapat hubungan yang positif dan
linear antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan beta. Jika kita ingin
mengetahui sumbangan suatu saham terhadap risiko suatu portofolio yang di
diversifikasi secara baik, tetapi kita harus mengukur risiko pasarnya dan ini
membawa kita untuk mengukur kepekaan saham tersebut terhadap perubahan pasar.
Kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar biasa disebut
sebagai beta investasi tersebut.
9.
Security
Market Line
Garis
pasar modal menggambarkan trade-off resik laba dalam pasar finansial dalam
ekuilibrium. Namun, hal itu hanya berlaku bagi portofolio efisien dan tidak
bisa digunakan untuk mempertimbangkan ekuilibrium laba yang diharapkan untuk
satu negara. Dalam CAPM semua investor akan memegang portofolio pasar, yang
merupakan portofolio pembanding terhadap portofolio lainnya yang diukur.
Investor akan mengharapkan premium resiko untuk membeli sebuah aset beresiko
seperti saham. Semakin besar resiko dari saham itu, maka seharusnya semakin
tinggi premium resiko. Jika investor memegang portofolio yang didiversifikasi
dengan baik, mereka harus tertarik dalam resiko portofolio daripada resiko
sekuritas individual. Saham yang berbeda akan mempengaruhi sebuah portofolio
yang didiversifikasi dengan baik secara berbeda. Resiko relevan bagi sebuah
saham individual adalah kontribusinya pada resiko dari sebuah portofolio yang
didiversifikasi dengan baik.
Mengapa Beta Merupakan Pengukur Yang Tepat Dari Indeks Pasar
Saham dengan beta lebih besar dari 1,0 merupakan saham
yang sangat peka terhadap perubahan pasar, dan sebaliknya. Saham dengan beta
lebih besar dari 1 si sebut sebagai saham yang agresif, sedangkan yang
mempunyai kurang dari 1 disebut sebagai saham yang defensif. Dengan demikian
untuk saham-saham yang agresif, kalau terjadi perubahan (baik naik maupun
turun) tingkat keuntungan portofolio pasar sebesar 10%, maka tingkat keuntungan
saham-saham tersebut berubah dengan arah yang sama sebesar lebih dari 10%.
Keadaan sebaliknya berlaku untuk saham-saham yang defensif.
Pembuktian Formal Bahwa Beta Merupakan Pengukur Risiko
Penjelasan dalam bagian tersebut lebih merupakan penjelasan yang berdasarkan “common sense”. Pada bagian ini kita akan sajikan secara formal bagaimana ukuran risiko, yang semula dinyatakan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan, kemudian “berubah” menjadi beta saham tersebut.
D. Asumsi-Asumsi Capital Asset Pricing Model
Capital Asset
Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor
adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama
mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga
mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan
para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi,
semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam
maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga
tetap yang tidak berisiko (fixed risk
free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang
risikonya identik. Selain asumsi-asumsi tersebut, CAPM memiliki asumsi lainyaitu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan model Markowitz,
masing-masing investor akan mendiversifikasikan portofolionya dan memilih
portofolio optimal berdasarkan preferensi investor terhadap return dan risiko
2. Semua investor mempunyai distribusi
probabilitas di masa depan yang identik
3. Semua investor mempunyai satu
periode waktu yang sama
4. Semua investor dapat meminjam (borrowing) dan meminjamkan (lending) uang pada tingkat return yang
bebas risiko (risk free rate of return).
Asumsi ini menyatakan bahwa pemodal
bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bungan yang sama dan bebas risiko
jelas tidak realistis. Lebih realistis kalau pemodal bisa menyimpan uangnya
pada tingkat bunga yang bebas risiko (misal dengan Sertifikat Bank Indonesia)
tetapi kalau meminjam tentulah terbatas dan tingkat bunga simpanan. Sebelum
kita menggunakan asumsi tersebut, marilah kita gunakan skenario pada saat
pemodal tidak bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga bebas risiko
yang sama. Ada beberapa model dalam Riskless
Lending dan Borrowing Rate ini
yaitu:
a. Tidak
ada Riskless Lending And Borrowing Rate
b. Terdapat
Riskless Lending tetapi tidak ada Riskless Borrowing
5. Tidak ada biaya transaksi
6. Tidak ada pajak pendapatan
Bentuk standar dari CAPM mengabaikan adanya pajak.
Asumsi tersebut mempunyai implikasi bahwa para pemodal bersikap indifferent
untuk menerima penghasilan dalam bentuk capital
gains ataupun deviden dan bahwa
para pemodal memegang portofolio sekuritas yang berisiko yang sama. Apabila
kita mengakui adanya pajak, dan terutapma bahwa pajak atas capital gains umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pajak atas deviden, harga keseimbangan dari
sekuritas-sekuritas tersebut akan berubah. Dengan adanya pajak para pemodal
akan mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang diharapkan atas dasar setelah
pajak. Pertimbangan ini mempunyai implikasi bahwa meskipun ada pengharapan yang
homogen (homogeneous expectation)
tentang keuntungan portofolio sebelum pajak, efficient frontier yang relevan (setelah pajak) bagi masing-masing
pemodal akan berbeda.
7. Tidak ada inflasi
8. Terdapat banyak sekali investor dan
tidak ada satu investor pun yang dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas.
Investor adalah price taker
9. Pasar dalam kondisi seimbang (equilibrium). Implikasinya:
• Semua investor akan memilih portofolio
pasar yaitu portofolio yang berisi semua aktiva yang ada di pasar
• Portofolio pasar ini adalah
portofolio aktiva berisiko yang optimal, yaitu yang berada pada efficient frontier
E. Hubungan Risiko Dan Keuntungan dalam Lingkup CAPM
Sejauh ini kita telah membicarakan
pengukuran risiko dalam CAPM, yaitu digunakan beta sebagai pengukur risiko
(bukan lagi deviasi standar tingkat keuntungan). Kita juga tahu bahwa investasi
yang efisien adalah investasi yang memberikan risiko tertentu dengan risiko
terkecil. Dengan kata lain, kalau ada dua usulan investasi yang memberikan
tngkat keuntungan yang sama, tetapi mempunyai risiko yang berbeda, maka
investor yang rasional akan memilih investasi yang mempunyai risiko yang lebih
kecil.
Berdasarkan prinsip diatas, maka untuk
memasukkan faktor risiko (yang di ukur dengan beta) kedalam penilaian (suatu)
investasi. Karena nialai suatu aktiva tergantung anatara lain pada tingkat
keuntungan yang layak (=r) investasi/aktiva tersebut, maka CAPM ini kita
pergunakan untuk menentukan beberapa r yang layak untuk suatu investasi dengan
mengingat risiko investasi tersebut.
F.
Pelonggaran
CAPM
a.
Short Sales Tidak Diperkenankan
Asumsi ini merupakan salah satu asumsi yang sering
ditanyakan oleh para mahasiswa karena di Bursa Efek Jakarta sampai saat ini
(pertengahan 1998) memang short sales
belum diperkenankan. Kita ingat bahwa short
sales berarti menjual sekuritas yang belum dimiliki dan menggunakan kas
yang diperoleh untuk membeli sekuritas lain. Seandainya short sales tidak diperkenankan apa yang terjadi dengan CML? CML
akan berhenti pada titik M. Dengan kata lain CML hanya merupakan garis yang
menghubungakan Rf dengan M. Ini berarti bahwa M tetap merupakan portofolio yang
efisien. Dalam kerangka CAPM para pemodal akan memiliki portofolio pasar dalam
kondisi ekuilibrium. Karena dalam kondisi ekuilibrium tidak ada satu
investorpun yang melakukan short selling,
pelanggaran short selling tidak akan
merubah ekuilibrium. Jadi, CAPM yang sama tetap akan di peroleh meskipun short selling tidak diperkenankan.
b. Modifikasi Riskless Lending and Borrowing Rate
Asumsi yang menyatakan bahwa pemodal bisa menyimpan
dan meminjam dengan tingkat bungan yang sama dan bebas risiko jelas tidak
realistis. Lebih realistis kalau pemodal bisa menyimpan uangnya pada tingkat
bunga yang bebas risiko (misal dengan Sertifikat Bank Indonesia) tetapi kalau
meminjam tentulah terbatas dan tingkat bunga simpanan. Sebelum kita menggunakan
asumsi tersebut, marilah kita gunakan skenario pada saat pemodal tidak bisa
menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga bebas risiko yang sama. Ada
beberapa model dalam Riskless Lending dan
Borrowing Rate ini yaitu:
a. Tidak
ada Riskless Lending And Borrowing Rate
b. Terdapat
Riskless Lending tetapi tidak ada Riskless Borrowing
c.
Pajak
Bentuk standar dari CAPM mengabaikan adanya pajak.
Asumsi tersebut mempunyai implikasi bahwa para pemodal bersikap indifferent
untuk menerima penghasilan dalam bentuk capital
gains ataupun deviden dan bahwa
para pemodal memegang portofolio sekuritas yang berisiko yang sama. Apabila
kita mengakui adanya pajak, dan terutapma bahwa pajak atas capital gains umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pajak atas deviden, harga keseimbangan dari
sekuritas-sekuritas tersebut akan berubah. Dengan adanya pajak para pemodal
akan mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang diharapkan atas dasar setelah
pajak. Pertimbangan ini mempunyai implikasi bahwa meskipun ada pengharapan yang
homogen (homogeneous expectation)
tentang keuntungan portofolio sebelum pajak, efficient frontier yang relevan (setelah pajak) bagi masing-masing
pemodal akan berbeda.
d.
Faktor
Likuiditas diperhatikan
Standar CAPM berpendapat bahwa para pemodal hanya
berkepentingan dengan risiko dan keuntungan. Meskipun demikian, karakteristik
lain mungkin juga penting bagi pemodal. Sebagai misal, masalah likuiditas
,mungkin juga penting. Dalam konteks ini, likuiditas berarti biaya yang
ditanggung pemodal kalau ingin menjual sekuritasnya “secara tergesa-gesa”.
Sebagai misal, rimah dianggap lebih tidak likuid dari pada sekuritas, karena
untuk menjual dan memperoleh fair price akan
memerlukan waktu yang lebih lama. Untuk sekuritas, pengertian dapat di ukur
dari perbedaan antara (permintaan) harga juan dan harga beli. Semakin besar
selisih harga tersebut, semakin tidak likuid sekuritas tersebut. Bagi pemodal.
Portofolio yang lebih likuid akan dinilai lebih menarik dari pada portofolio
yang tidak atau kurang likuid.
DAFTAR PUSTAKA
- Harjo.2014.Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar